Breaking News
Ingin jangkau lebih banyak pelanggan? Pasang iklan sekarang! Hubungi kami di No. Telpon/SMS/WhatsApp di 0812 4346 0159. Kami siap membantu mempromosikan bisnis Anda dengan efektif!
Mabar Kriminal
Mabar Kriminal
News  

Ketika Sawit Mengalirkan Miliar ke Pemda, Petani Plasma Hanya Kebagian Derita

Payango.id, Boalemo – Di balik hamparan hijau kebun sawit di Desa Pangea, Kecamatan Wonosari, tersimpan kisah getir yang jarang terangkat. Selama lebih dari 12 tahun, perusahaan kelapa sawit PT Agro Artha Surya beroperasi di Boalemo. Setiap tahunnya, Pemda Boalemo menikmati kucuran dana sekitar Rp7 miliar sebagai bagi hasil.

Namun di sisi lain, para petani plasma—pemilik lahan yang sejatinya menjadi tulang punggung perusahaan—justru hanya kebagian “bagi rugi”. Setiap tiga bulan, perusahaan menyerahkan laporan untung-rugi, namun yang diterima petani hanyalah angka minus tanpa rincian invoice yang jelas.

Di rumah-rumah sederhana para petani, cerita yang terdengar selalu sama: mereka bekerja keras, merawat lahan, menaruh harapan besar, tetapi yang kembali hanyalah kerugian. “Kami menunggu hasil panen, tapi yang datang malah laporan rugi,” keluh seorang petani dengan wajah lesu.

Kondisi ini membuat Ketua Garda Satu Provinsi Gorontalo, Kisman Abubakar, angkat bicara. Dengan nada marah bercampur kecewa, ia menilai perusahaan telah berlaku tidak adil. Lebih menyakitkan lagi, menurutnya, ketidakadilan ini seolah didiamkan oleh Pemda Boalemo yang setiap tahun sudah menerima setoran miliaran rupiah.

“Petani plasma seakan dibiarkan menanggung derita, sementara pemerintah daerah tiap tahun menerima Rp7 miliar dari perusahaan. Ini jelas tidak adil,” tegas Kisman.

Suara lantang itu disampaikan dalam sebuah Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama unsur pemerintah dan pihak perusahaan. Hasilnya, PT Agro Artha Surya diberi waktu tiga bulan untuk melengkapi dokumen perizinan yang dianggap bermasalah.

Namun bagi Kisman, masalah utamanya bukan sekadar izin. Ia mendesak agar MoU pembagian hasil sawit segera ditinjau ulang. Transparansi harus ditegakkan. Petani plasma berhak tahu bagaimana perhitungan yang selama ini ditutup-tutupi.

“Jangan hanya pemerintah yang kenyang dari Rp7 miliar tiap tahun. Petani plasma juga punya hak. Mereka adalah pemilik lahan, bukan sekadar penonton yang setiap tiga bulan hanya menerima laporan rugi,” ujarnya.

Di balik angka-angka besar yang berputar dalam industri sawit Boalemo, ada wajah-wajah letih petani plasma yang berharap keadilan. Mereka bukan menuntut lebih, hanya ingin apa yang menjadi hak mereka diberikan dengan jujur.

Karena bagi mereka, sawit bukan sekedar bisnis. Sawit adalah tanah warisan, adalah penghidupan, adalah harapan. Dan ketika harapan itu hanya dibalas dengan kerugian, maka kisah sawit di Boalemo bukan lagi tentang kesejahteraan, melainkan tentang ketidakadilan yang menunggu untuk diperbaiki. (Euastas Kidd-)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *