Payango.id | Boalemo – Pagi itu, hamparan sawah di Boalemo masih berembun. Di tengah petak-petak hijau yang menyejukkan mata, suara canda para petani berpadu dengan gemerisik angin. Di situlah Ketua DPRD Kabupaten Boalemo, Eka Putra Noho, bersama Ketua Komisi II, Fraid Danial, hadir bukan dengan jas kebesaran atau protokol yang kaku, melainkan dengan langkah sederhana untuk menyapa mereka yang setiap hari bergelut dengan tanah dan matahari.
Hari itu bukan hari biasa. Bagi para petani, 24 September adalah pengingat bahwa perjuangan mereka menanam padi, jagung, hingga hasil bumi lainnya adalah bagian dari denyut kehidupan bangsa. Hari Tani Nasional seakan memberi ruang bagi suara mereka untuk kembali didengar.
Di hadapan para petani, Eka Putra Noho berbicara dengan hangat. Ia menyebut para petani sebagai pahlawan yang menjaga ketahanan pangan. “DPRD Boalemo hadir untuk mendengar suara petani. Dari merekalah kita tahu apa yang dibutuhkan. Aspirasi ini tidak boleh berhenti di ladang, melainkan harus sampai ke kebijakan, agar kesejahteraan petani semakin meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, Fraid Danial dengan penuh perhatian mencatat setiap keluhan yang disampaikan. Baginya, data dari mulut petani jauh lebih berharga daripada laporan di atas kertas. “Kami ingin tahu langsung realita di lapangan. Apa yang kami dengar hari ini akan kami perjuangkan menjadi program yang benar-benar menyentuh kehidupan petani. Mereka harus merasa didampingi,” katanya tegas.
Momen sederhana itu menyisakan kesan mendalam. Para petani merasa dihargai, bukan hanya sebagai pekerja di ladang, tetapi sebagai bagian penting dari pembangunan daerah. Senyum mereka seakan menegaskan bahwa harapan masih ada, selama pemimpin mau turun mendengar.
Hari Tani Nasional di Boalemo pun tahun ini tak lagi sebatas peringatan. Ia menjadi kisah tentang kedekatan, tentang dialog di pematang sawah, dan tentang janji perjuangan yang lahir dari suara petani sendiri. (Kidd)